25 Juli 2008

PaPeda Ternate...

A. Selayang Pandang
Pohon sagu (metroxhylon rumpii) merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat Maluku Utara. Ketika pohon ini telah berusia sepuluh tahun, bagian dalamnya mampu menghasilkan serat berupa tepung seberat 80-100 kilogram. Serat tepung inilah yang kemudian menjadi bahan utama pembuatan papeda, atau yang biasa disebut bubur sagu.

Bagi masyarakat Ternate, papeda merupakan makanan pokok layaknya nasi ataupun jagung. Papeda dimakan bersama kuah kuning yang terbuat dari kunyit dan dicampur dengan ikan tongkol. Makanan ini juga disajikan bersama dengan jeruk nipis, beberapa potong kelapa, dan sagu sebagai lauknya.

Proses pembuatan papeda diawali dengan memotong bagian pangkal pohon sagu. Kemudian, bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah.

Sistem memasak papeda adalah dengan merebus tepung sagu tersebut hingga mengental dan matang menjadi papeda. Dalam keadaan panas, papeda dituangkan ke piring yang sebelumnya telah dibasahi dengan kuah ikan. Tujuannya agar papeda tersebut tidak melekat di piring, yang digunakan sehingga tidak sulit untuk mencucinya.


B. Keistimewaan
Papeda ialah makanan yang dihidangkan hanya saat panas saja karena ketika dingin makanan ini akan menjadi lengket ke piring. Selain itu, ketika dingin makanan ini dianggap telah basi dan tidak layak dimakan, sehingga fungsinya terkadang dialihkan sebagai alat perekat kertas.

Karena berbentuk bubur sagu yang kental, cara memakan papeda tidak menggunakan sendok ataupun tangan, melainkan langsung diseruput dari piring.


C. Lokasi
Di sepanjang kota Ternate, banyak didapati warung yang menjual makanan tradisional seperti papeda.


D. Akses Menuju Lokasi
Warung yang menjual makanan papeda terletak di pusat kota, sehingga wisatawan dapat naik angkutan kota dari Bandara Sultan Baabullah dengan biaya Rp 3.000/orang (Maret 2008). Wisatawan juga dapat menggunakan jasa taksi yang telah beroperasi sejak akhir tahun 2005 .

E. Harga Makanan
Harga papeda di warung-warung tradisional relatif murah. Seporsi papeda bisa diperoleh dengan harga Rp1.000- Rp 1.500 (Maret 2008).


F. Akomodasi dan Fasilitas
Selain menikmati makanan khas papeda, di Ternate, wisatawan dapat menjumpai warung-warung yang berjualan cinderamata dan makanan khas Maluku Utara seperti ketam kenari, halua kenari, bagea, serta ikan hasil olahan, seperti ikan fufu (ikan asap) dan gohu ikan.

Oh Ternate

Oh Ternate...
tak terasa hampir enam tahun diriku meninggalkanmu...
tak terasa seperempat umurku kuhabiskan tidak bersama-sama denganmu

Oh Ternate...
begitu banyak kisah yang pernah engkau berikan pada diriku
begitu banyak kenangan yang takkan terlupakan ketika bersamamu


Oh Ternate...
Sudikah engkau untuk setia menungguku???
ikhlaskah engkau karena harus sehati denganku???


Oh Ternate...
Tunggulah diriku terhitung setahun dari sekarang....


MulaiLah Menghitung mundur...
Agar setiap saat kau merasa diriku semakin dekat bersamamu

19 Juli 2008

PERSITER Ternate


Klub ini didirikan tahun 1958 dan secara resmi menjadi anggota PSSI pada tahun 1961. Nama stadion yang menjadi basis Persiter Ternate adalah Stadion Gelora Kie Raha yang menjadi kebanggaan warga masyarakat Kota Ternate. Setelah penantian selama 10 tahun di Divisi 1, akhirnya tim Persiter lolos ke divisi utama setelah keluar sebagai juara 3 dalam partai 8 besar Divisi I tahun 2005 lalu.


Data Klub
Berdiri: 1958
Julukan: Laskar Kie Raha
Alamat: Jl. Gelora Kie Raha, Ternate
No. Tel: (0921) 21020
No. Fax: (0921) 24982
Stadion: Gelora Kie Raha
Kapasitas: 15.000 Penonton
Ketua Umum: Drs. H. Syamsir Andilli
Manajer: Burhan Abdurrahman
Pelatih: Jacksen F Tiago (2007) (2008 = ???)
Supporter: Superman (Suporter Persiter Mania)

Statistik
1994/1995 : Juara Divisi II Liga Indonesia
1995/1996 : Divisi I Liga Indonesia
1996/1997 : Divisi I Liga Indonesia
1997/1998 : Divisi I Liga Indonesia
1998/1999 : Divisi I Liga Indonesia
1999/2000 : Divisi I Liga Indonesia
2001 : Divisi I Liga Indonesia
2002 : Divisi I Liga Indonesia
2003 : Divisi I Liga Indonesia
2004 : Divisi I Liga Indonesia
2005 : Peringkat 3 Divisi I (promosi ke Divisi Utama)

Liga Indonesia
2006 : Peringkat 9 Divisi Utama Wilayah Timur Liga Indonesia
2007 : Peringkat 6 wilayah timur Liga Indonesia
2008 : Superliga = ????

Sumber : www.detik.com

Info HUT Kota Ternate

Dalam rangka menyongsong Hari Ulang tahun Kota Ternate yang ke 747 yang jatuh pada tanggal 29 Desember 2008, Pemerintah Daerah Kota Ternate saat ini menagadakan pameran
Pembangunan dan pasar malam bertempat di area Jl Boulevard pesisir pantai Kota Ternate nan indah. Pameran pembangunan ini di ikuti oleh semua instansi, dinas, jawatan, di lingkungan pemda Kota Ternate, BUMD,BUMN, Dunia usaha/industri. Acara ini semalam di buka langsung oleh Bapak Walikota Ternate dengan diramaikan oleh kesenian khas daerah, vocal group, tari-tarian dan lain sebagainya, dan di lanjutkan dengan kunjungan muspida di semua stand yang ikut hadir .

Khusus untuk stand Dinas pendidikan Nasional Kota Ternate kami juga menghadirkan program andalan Depdiknas saat ini yang tak lain dan tak bukan adalah “Jardiknas” ( Jejaring Pendidikan Nasional). selain itu di stand ini juga di ikuti oleh beberapa sekolah dengan ciri khas masing-masing baik SMP, SMA, dan SMK. Untuk Jardiknas kami mensosialisasikan keberadaan Jardiknas, ICT Center, NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan), NPSN ( Nomor Pokok Sekolah Nasional), dan NISN (Nomor Induk Siswa Nasional). Untuk memperlancar sosialisasi ini kami menyediakan koneksi Jardiknas yang terhubung dengan 2 PC dan 2 buah Notebook, yang terkonek dengan ICT Center Kota Ternate ( SMK Negeri 2 Kota Ternate) dan internet gratis kepada masyarakat pengunjung.
Stan ini mendapat antusias dari masyarakat pengunjung baik yang menanyakan tentang keberadaan jardiknas, maupun yang mau mengakses NPSN, NUPTK dan NISN, serta situs lain yang berhubungan dengan pendidikan. Pengunjung lebih banyak di dominasi oleh para siswa, para pendidik dan pemerhati pendidikan.
Demikian sekilas info dari arena Pameran menyongsong HUT Kota Ternate
Demikian sekilas info dari area Pameran HUT Kota Ternate

Sumber : http://blogger.diknas.go.id


Ternate Travel Guide


The tiny volcanic island of Ternate is one of the four historic sultanates of North Maluku that were once the World's only source of cloves and attracted traders from across the globe. Today Ternate is the capital of, and the main gateway into North Maluku province. It offers several historical sights and great volcanic scenery, dominated by active Gunung Gamalama. It is worth hopping over to its close neighbour Tidore, too.

Ternate, the most prominent of the four Moluccan sultanates, dates its foundation to 1257 AD. The ruling house traces its origins to the arrival of the Muslim sage, Sayyid Ja'afar Sadik, but the exact line of descent is subject to contradictory genealogies. The genealogies are only certain from the late sixteenth century Sultan, Zainal Abidin.

The island shares a unique history with the neighbouring states of Jailolo, Tidore and Bacan. All four share the same legendary past in which they form a cosmic whole, almost a separate universe or realm. In this universe, each state has its appointed place. Ternate forms the most important unit and its ruler is termed the Kolano ma-Luku (ruler of the Moluccas). Modern history, however, suggests that Ternate's position owes its place military triumphs, successfully concluded when it vanquished Tidore and Jailolo in 1380.

Selengkapnya : www.world66.com

KuLiner di Pinggir Pantai Ternate


Ternate ternyata tak hanya menyimpan keindahan pantai dengan pemandangan Pulau Halmahera. Makanan khas Ternate seperti Sop Saudara dan Pisang Hijau juga merupakan kekayaan kuliner Ternate yang sayang untuk dilewatkan!

Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya bersantap di kota Ternate, Malut. Pusat jajanan malam di kota ternate berada di depan kantor gubernur, di tepi pantai Swering. Pantai ini lumayan indah, letaknya disebelah pelabuhan besar Ahmad Yani, Ternate.

Paling pas jika bertandang ke pantai ini adalah ketika Sunset, pemandangannya cantik dengan pulau Halmahera di kejauhan, dan kapal-kapal yang hilir mudik di pelabuhan. Airnya juga cukup jernih, karena pantai ini berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik.

Nah, kalau sore menjelang maghrib, para pedagang makan mulai menggelar tendanya. Ada pedagang martabak yang mayoritas berasal dari padang, ada pedagang pecel ayam yang berasal dari lamongan, pedagang buah (duku, langsa, sejenis duku tetapi lebih asam, dan durian) yang berasal dari Madura dan Halmahera, dan pedagang sop saudara yang berasal dari Makassar.

Di pantai ini saya paling suka menyantap sop saudara. Ada dua tempat yang saya suka, di sampang Bank Artha Graha (dari pagi sampai sore jam 4 sore), dan di tenda di pantai Swering (maghrib sampai malam). Sop saudara ini berwujud hampir sama seperti soto betawi. Berisikan daging dan jeroan sapi yang disiram kuah santan kental beraroma rempah yang kuat, ditaburi dengan daun bawang dan bawang goreng.

Tak lupa untuk memakannya kami juga ditemani dengan emping melinjo sedap. Sehabis makan sop ini, dijamin Anda pasti akan bermandikan peluh berkat rempah-rempah yang digunakan dalam masakan ini. Untuk kedai yang di samping Bank Arta Graha, karena buka di siang hari, mereka juga menyediakan es pisang hijau. Hmmm...enak dan segar.

Yang dimaksud dengan pisang hijau sendiri adalah pisang yang dibalut adonan tepung berwarna hijau. Disajikan dengan bubur sumsum putih, diberi es batu, dan disiram dengan sirop merah. Hmm... pokoknya cocok sekali buat menghilangkan dahaga di siang yang panas.

Harga kedua makanan tadi cukup murah dan terjangkau. Seporsi sop dengan nasi dihargai Rp 12.000,00. Sedangkan es pisang hijau cukup ditebus dengan uang Rp 4000,00 saja.

Kalau anda ingin merasakan masakan khas Ternate seperti gohu atau sashiminya Ternate, sagu lem, dan ikan kuah asam, bisa mencari masakan tadi di daerah Dufa-dufa yang letaknya dekat pelabuhan Dufa-dufa, dan di RM Florida. Nah, selamat berpetualang kuliner di Ternate!

Sumber : www.detikfood.com

13 Juli 2008

Sejarah isLam Masuk Ke Ternate...


Diperkirakan, Islam sudah lama masuk secara diam-diam ke Ternate melalui jalur perdagangan. Hal ini ditandai dengan banyaknya pedagang Arab yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang, bahkan ada yang bermukim. Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam juga dilakukan lewat jalur dakwah. Muballigh yang terkenal dalam menyebarkan Islam di kawasan ini adalah Maulana Hussain dan Sunan Giri

Ada dugaan, sebelum Kolano Marhum, sudah ada Raja Ternate yang memeluk Islam, namun, hal ini masih menjadi perdebatan. Secara resmi, Raja Ternate yang diketahui memeluk Islam adalah Kolano Marhum (1465-1486 M), Raja Ternate ke-18. Anaknya, Zainal Abidin (1486-1500) yang kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja, pernah belajar di Pesantren Sunan Giri di Gresik. Saat itu, ia dikenal dengan sebutan Sultan Bualawa (Sultan Cengkeh). Ketika menjadi Sultan, Zainal Abidin kemudian mengadopsi hukum Islam sebagai undang-undang kerajaan. Ia juga mengganti gelar Kolano dengan sultan. Untuk memajukan sektor pendidikan, ia juga membangun sekolah (madrasah). Sejak saat itu, Islam berkembang pesat di Ternate dan menjadi agama resmi kerajaan.

Sumber : members.virtualtourist.com

AsaL-UsuL KesuLtanan Ternate


Pulau Ternate merupakan sebuah pulau gunung api seluas 40 km persegi, terletak di Maluku Utara, Indonesia. Penduduknya berasal dari Halmahera yang datang ke Ternate dalam suatu migrasi. Pada awalnya, terdapat empat kampung di Ternate, masing-masing kampung dikepalai oleh seorang Kepala Marga, dalam bahasa Ternate disebut Momole. Lambat laun, empat kampung ini kemudian bergabung membentuk sebuah kerajaan yang mereka namakan Ternate. Selain Ternate, terdapat juga kerajaan lain di kawasan Maluku Utara, yaitu: Tidore, Jailolo, Bacan, Obi dan Loloda.

Dalam sejarahnya, Ternate merupakan daerah terkenal penghasil rempah-rempah, karena itu, banyak pedagang asing dari India, Arab, Cina dan Melayu yang datang untuk berdagang. Sebagai wakil masyarakat, yang berhubungan dengan para pedagang tersebut adalah para kepala marga (momole).

Bagaimana awal cerita pembentukan Kerajaan Ternate? Ceritanya, seiring semakin meningkatnya aktifitas perdagangan, dan adanya ancaman eksternal dari para lanun atau perompak laut, maka kemudian timbul keinginan untuk mempersatukan kampung-kampung yang ada di Ternate, agar posisi mereka lebih kuat. Atas prakarsa momole Guna, pemimpin Tobona, kemudian diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja. Hasilnya, momole Ciko, pemimpin Sampalu, terpilih dan diangkat sebagai Kolano (raja) pertama pada tahun 1257 M dengan gelar Baab Mashur Malamo. Baab Manshur berkuasa hingga tahun 1272 M. Kerajaan Ternate memainkan peranan penting di kawasan ini, dari abad ke-13 hingga 17 M, terutama di sektor perdagangan. Dalam sejarah Indonesia, Kesultanan Ternate merupakan salah satu di antara kerajaan Islam tertua di nusantara, dikenal juga dengan nama Kerajaan Gapi. Tapi, nama Ternate jauh lebih populer dibanding Gapi.

Sumber : members.virtualtourist.com

Tahukah Anda...

Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, di abad ke 14 Masehi. Teori masuknya Islam ke Nusantara dari Gujarat ini disebut juga sebagai Teori Gujarat. Demikian menurut buku-buku sejarah yang sampai sekarang masih menjadi buku pegangan bagi para pelajar kita, dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas, bahkan di beberapa perguruan tinggi.

Namun, tahukah Anda bahwa Teori Gujarat ini berasal dari seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam?

Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yang demi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangat giat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya.

Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu.

Mengutip buku Gerilya Salib di Serambi Makkah (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2006) yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarah soal masuknya Islam di Nusantara, Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University, telah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara.

Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.

Dalam catatan kakinya Bellwood menulis, “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering dijarah…” Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina.

Masih menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memiliki wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi (Wolters 1967; Hall 1967, 1985). Tapi bisa saja terjadi, “kerajaan-kerajaan kecil” yang tersebar di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yang terakhir ini tidak dijumpai catatannya.

Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru “diketahui” memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya. Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.


Sumber : http://www.swaramuslim.com

12 Juli 2008

TERNATE (Wilayah,Geografis dan Topografi)


Wilayah Administrasi

Ternate adalah sebuah kota otonom yang dibentuk dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Ternate dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999.
Kota Ternate memiliki luas wilayah daratan 249,75 km2 memiliki 8 buah Pulau yang terbentang diatas 5.547,55 wilayah perairan yaitu :

Pulau Ternate seluas 110,7 km2
Pulau Moti seluas 24,6 km2
Pulau Mayau seluas 78,4 km2
Pulau Tifure seluas 22,1 km2
Pulau Hiri seluas 12.4 km2

Termasuk 3 Pulau Pulau kecil yang tidak berpenghuni yaitu Pulau Maka seluas 0,5 km2 , Pulau Mano seluas 0,05 km2 dan Pulau Gurida seluas 0,55 km2.
Secara Administrasi Pemerintahan , Kota Ternate merupakan Ibukota sementara Propinsi Maluku Utara , terbagi atas 4 Kecamatan dan 60 kelurahan masing masing :

§ Kecamatan Kota Ternate Utara membawahi 18 kelurahan dengan luas wilayah 22,06 km2
§ Kecamatan Kota Ternate Selatan membawahi 19 kelurahan dengan luas wilyh. 28,96 km2
§ Kecamatan Pulau Ternate membawahi 17 keluarahan dengan luas wilayah 174,13 km2
§ Kecamatan Moti membawahi 6 kelurahan dengan luas wilayah 24,60 km2



Geografis dan Topografi

Ternate terletak antara 127’3 Bujur Timur dan 124’ Bujur Barat serta 3’-3’ Lintang Selatan berbatasan dengan

Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Selatan : Laut Maluku
Sebelah Barat : Laut Maluku
Sebelah Timur : Pulau Halmahera

Kota Ternate dengan memiliki berbagai komponen alam yaitu Laut ,Pulau , Danau , Gunung , menggambarkan ciri topografis yang bervariasi yang didominasi oleh dataran kemiringan diatas 40 derajat seluas 127,37 km2 atau 51 % dari luas wilayah dan terdapat di Pulau Ternate , Pulau Hiri dan Pulau Moti ,sedangkan Pulau Mayau dan Tifure merupakan wilayah dataran rendah yang dikelilingi oleh Laut bebas antar Pulau Ternate dengan Bitung - Sulawesi Utara
Ciri topografi atau kemiringan rendah terletak linear memanjang mengikuti beberapa pesisir pantai pada posisi 0 – 2 derajat seluas 54,96 km2 atau 22 %.


Selengkapnya....

TERNATE "Refleksi Pemerintahan 1252 -1999"


Sejarah pemerintahan di Ternate diawali pada tahun 1257 pada masa terbentuknya kerajaan Moloku di bawah kekuasaan BAAB Mansur Malamo. Berdasarkan Zelf Bestuur Regeling 1938. Ternate merupakan bagian dari 4 (empat) Swapraja di Daerah Maluku Utara disaping Tidore, Jailolo dan Bacan.

Pada masa kesultanan Ternate, struktur Pemerintahan telah tergambar dengan jelas di mana dalam kesultanan dibagi atas beberapa Distrik .Setiap Distrik dikepalai oleh seorang Distrik Hoofd yang membawahi beberapa Ender Distrik Setiap Ender Distrik dikepalai oleh seorang Ender Distri Hoofd.

Dalam mekanisme penyelenggaraan pemerinta pada saat itu seorang Distrik Hoofd dan Ender Distrik Hoofd diangkat dan diberhentikan oleh Sultan. Rakyat mengenal sebutan-sebutan tersebut dengan “Sangadji” yang membawahi kampung-kampung dengan “Mahimo” sebagai kepalanya.

F. S. A. de CLERCQ dalam bukunya BIJDRAGEN TOT DE KENNIS DER RESIDENTIE TERNATE terdapat 3 fase pemerintahan dengan dimasa kerajaan Ternate yaitu :



  • 1257 – 1486 , berdirinya Kerajaan – Kerajaan dengan beberapa Kepala Pemerintahan Kerajaan tertentu di Ternate dan Tidore
  • 1486 – 1817 , masuknya Agama Islam dan tampilnya Sultan pertama sampai berakhirnya Pemerintah sementara Inggris
  • 1817 – 1888 , peralihan kekuasaan Belanda
 
AksaL Achmad | Powered By Blogspot | © Copyright  2008